budidaya ikan black ghost



Pembenihan Ikan Black Ghost (Apteronotus albifrons)


PENDAHULUAN


Ikan hantu (Black ghost) merupakan ikan hias yang berasal dari sungai Amazon, Brasil, Amerika Selatan. Tubuhnya berwarna biru kearah ungu tua hingga kehitaman dan kadang-kadang terlihat hitam pekat. Ciri fisik lainnya adalah terdapat beberapa goresan atau garis putih pada bagian ekomya dan garis putih dari dahi hingga ke dagu (leher). Bentuk tubuh black ghost seperti pipa pipih dengan panjang 26-48 cm. Ikan ini dicirikan dengan bersatunya sirip dada dan sirip perut. Sirip yang menyatu ini memanjang dari dada hingga pangkal ekor. Pada saat berenang atau ada aliran air, sirip ini berkibar-kibar sehingga membuat daya tarik tersendiri. Walaupun bertubuh hitam, ikan ini mempunyai sifat yang baik, tenang, tidak galak dan tidak suka mengganggu ikan lainnya. Sehingga dapat hidup tenang jika dicampur dengan jenis ikan lainnya.

Aktivitas ikan ini lebih banyak dilakukan di malam hari (nokturnal), sehingga pada siang hari ikan ini lebih suka bersembunyi di bebatuan, daun-daun, akar tanaman, atau benda lainnya di dasar sungai. Dilihat dari kebiasaan berenangnya, ikan ini cenderung lebih banyak menghabiskan waktunya di dasar sungai. Namun yang masih kecil akan berenang ke atas dan ke bawah perairan dengan lincahnya.


PEMBENIHAN BLACK GHOST


Membedakan induk black ghost jantan dan betina dapat dilakukan dengan melihat penampilan fisiknya. Induk jantan dengan dagu dan badan panjang serta lurus,sedangkan indu betina pendek dan terlihat gemuk serta lebih besar. Untuk dijadikan induk sebaiknya dipilih black ghost yang telah berumur lebih dari satu tahun atau yang mempunyai panjang antara 7-8 inci (20 - 30 cm). Secara umum pemijahan black ghost dapat dilakukan dengan dua macam, yaitu secara massal dan berpasangan. Pembenihan secara massal ikan Black ghost, dipijahkan dalam kolam atau bak fiber ukuran 2,5 x 1,5 x 0,5 m, diisi 20 ekor induk dengan perbandingan jantan : betina adalah 8:12. Sedangkan pembenihan yang berpasangan umumnya dilakukan di akuarium ukuran 100 x 50 x 40 cm, diisi 7 ekor induk dengan perbandingan 3 induk jantan dan 4 induk betina, atau diisi 5 ekor induk dengan 2 induk jantan dan 3 induk betina. Tempat persembunyian merupakan salah satu perlengkapan penting yang dibutuhkan dalam pemijahan, dapat berupa pralon yang berukuran besar disesuaikan dengan ukuran induk black ghost. Akuarium tersebut dilengkapi dengan aerator untuk menambah ketersediaan oksigen dalam air.

Pakan yang diberikan adalah cacing darah (bloodworm) dan jentik nyamuk, yang berfungsi untuk mempercepat penuaan telur. Tempat bertelur dapat digunakan pakis, berkaitan dengan aktivitas black ghost pada malam hari maka peletakkan pakis sebaiknya dilakukan pada sore hari. Pakis diletakkan diantara dua keramik dan diantara pakis dan keramik diberi batu, agar telur-telur dapat masuk ke sela-sela pakis dan dapat terhindar dari mangsa induk jantan. Pengambilan sarang dan telurnya hams sepagi mungkin sebelum matahari terbit. Jumlah telur black ghost 500-1000 telur.

Dalam waktu 3-4 hari telur black ghost akan menetas. Namun hanya telur fertile saja yang akan menetas. Telur yang fertile ditandai dari warnanya yang kuning cerah dan diliputi lendir. Sementara telur yang steril berwarna putih susu tidak akan menetas. Dengan bertambahnya umur, anak black ghost berubah warna dari putih menjadi hitam, dan bersembunyi pada pakis bekas telur. Diberi pakan kutu air atau nauplii Artemia.


PEMBESARAN (BUDIDAYA) BLACK GHOSTPembesaran Black Ghost biasanya dilakukan dalam akuarium dimana ukuran antara 3-4 inci. Ukuran akuarium disesuaikan dengan jumlah dan ukuran anak black ghost yang akan dibesarkan. Sebagai contoh akuarium berukuran 100 x 35 x 50 cm dapat diisi anak black ghost yang baru menetas 3-4 hari sebanyak 200 - 250 ekor. Kualitas air yang cocok bagi kehidupan black ghost adalah : suhu 26 -27� C ; pH 6 -7 dan kekerasan 6 -10� dH. Untuk mengetahui kesiapan air yang akan digunakan untuk pembesaran black ghost maka dapat diuji dengan melihat reaksi ikan. Caranya, masukkan 1 -3 ekor black ghost ke dalam akuarium yang telah diisi air. Apabila black ghost langsung bersembunyi bararti air tersebut telah dapat digunakan. Namun bila black ghost naik ke permukaan dan terlihat lemas berarti air tersebut belum siap digunakan. Perlengkapan utama yang harus ada dalam akuarium pembesaran adalah aerator dan tempat persembunyian. Untuk tempat persembunyian dapat digunakan akar bakau, pralon, roster bata, plastik gelombang dan daun bacang atau daun ketapang kering.. Pakan yang diberikan biasanya berupa cacing darah (blood worm) yang kadang disebut juga cacing super, banyak dijual dalam bentuk beku, atau cacing sutera dan jentik nyamuk. Pemberian pakan yang tepat untuk black ghost ini pada sore hari, kurang lebih 3 -4 % dari bobot tubuh ikan, hal ini mengingat black ghost merupakan binatang yang aktivitasnya pada malam hari sehingga aktivitas makanpun lebih banyak dilakukan pada malam hari. Black ghost termasuk jarang mengeluarkan kotoran, sehingga pembersihan air termasuk jarang dilakukan. Saat ini, eksport black ghost yang terbanyak adalah ke Jepang. Untuk negara lain sudah ada permintaan walaupun masih dalam jumlah sedikit. Namun berapapun jumlah black ghost yang dikirim, asal kondisi sesuai dengan permintaan, importir tetap menerima. Untuk pasar lokal, permintaan ikan hias ini cenderung stabil. Kondisi di Indonesia, pasar black ghost yang ramai dan banyak diminati adalah dari pemijah ke pembesar dan dari pembesar ke eksportir.
Readmorebudidaya ikan black ghost

budidaya ikan belida


Ikan belida merupakan salah satu jenis ikan perairan umum yang bernilai ekonomis. Selain dikonsumsi langsung, ikan ini juga digunakan sebagai bahan baku kerupuk dan amplang. Di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah ikan belida disebut ikan pipih. Di Sumatera ikan ini disebut ikan belido dan digunakan sebagai bahan baku empek-empek.
Belida termasuk famili Notopteridae, genus Chitala/Notopterus dengan species Chitala lopis. Belida mudah dikenal dengan melihat sirip duburnya yang menyambung dengan sirip ekor berawal tepat dibelakang sirip perut yang dihubungkan dengan sisik-sisik kecil. Bentuk kepala dekat punggung cekung dan rahangnya semakin panjang sesuai dengan meningkatnya umur sampai jauh melampaui batas bagian belakang mata pada ikan yang sudah besar. Tampilannya yang unik membuat sebagian orang tertarik untuk memelihara ikan belida di akuarium sebagai ikan hias. Belida bisa dijumpai di Kalimantan, Sumatera, Jawa, Malaysia, dan Thailand.

Upaya Budidaya
Pada 2004, Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Mandiangin, Kalsel mulai mengkoleksi induk belida dari perairan Waduk Riam Kanan (Kab. Banjar). Induk ikan belida yang berhasil dipelihara sebanyak 45 ekor induk betina dengan kisaran bobot 2-5 kg dan 82 ekor induk jantan dengan kisaran bobot 1,5 - 5,5 kg. Selanjutnya dilakukan domestikasi yaitu pemijahan ikan belida di kolam.
Untuk usaha budidaya belida memerlukan induk yang berkualitas. Ciri-cirinya antara lain alat kelamin berbentuk bulat pada induk betina, sirip perut relatif pendek dan tidak menutupi urogenital, ukuran badan relatif lebih besar. Selain itu, ketika matang gonad, bagian perut membesar dan kelamin memerah, dengan ukuran berat antara 2-7 kg. Sedangkan induk jantan mempunyai alat kelamin tipis dan berbentuk tabung, sirip perut relatif lebih panjang dan menutupi urogenital, ukuran badan relatif lebih kecil, pada saat siap pijah, alat kelamin memerah dan bila diurut keluar cairan putih keruh, dengan ukuran berat antara 1,5-5 kg.
Induk ikan belida bisa dipelihara dalam kolam air tenang atau mengalir dengan luasan sekitar 400 m2 atau tergantung jumlah induk yang ditebar (2m2/pasang) dengan kedalaman air 0,7-1m. Untuk kisaran kualitas air, pH pada 7,2-8,2, oksigen terlarut pada 5,2-6,6 ppm, dan NH3 pada kisaran 0,01-0,11 ppm.
Dalam proses pematangan gonad, induk ikan belida diberi pakan berupa udang segar dengan dosis 7-5% per hari, pakan tersebut diberikan dua kali dalam 1 hari yaitu pagi dan sore. Jumlah pakan sebaiknya lebih banyak diberikan pada sore hari. Sebab, belida sangat respon terhadap pakan yang diberikan menjelang malam hari.
Pada pemijahan belida di kolam, substrat untuk meletakkan telur bisa disediakan berupa batang bambu atau kayu yang ditancapkan di dalam kolam atau berupa papan yang dipasang vertikal.

Rekayasa BBAT Mandiangin
Hasi penelitian di BBAT Mandiangin, substrat berupa papan dengan lebar 50 cm dan tinggi 40 cm cukup baik untuk penempelan telur ikan belida secara merata sehingga persentase telur yang dibuahi dan potensi untuk berkembang atau menetas lebih besar.
Untuk kegiatan pengkajian teknologi pembenihan ikan belida, luasan kolam yang digunakan 400 m2, jumlah induk belida sebanyak 127 ekor serta 25 unit substrat papan ulin sebagai tempat penempelan telur. Papan tersebut diberi tali sehingga dapat diangkat untuk pengontrolan apakah sudah ada telur yang menempel. Pengontrolan dilakukan 2-3 hari sekali. Bila papan tersebut sudah ditempeli telur, kemudian diangkat dan dibersihkan dari kotoran, selanjutnya dimasukkan dalam akuarium. Untuk pencegahan jamur, media inkubasi telur diberi methylen blue (MB) 1-3 ppm.
Musim pemijahan ikan belida dari Agustus sampai Maret atau musim penghujan. Berdasarkan data 47 kali pemijahan selama tahun 2005, jumlah telur satu substrak berkisar 102-586 butir telur dengan rerata 288 butir telur/induk. Derajat pembuahan berkisar 30-100 % dengan rerata 65 %. Derajat penetasan 72,2 % dan sintasan (SR) larva adalah 64,2 %. Larva menetas sekitar 72-120 jam pada suhu air 29-30 ?C.

Pemeliharaan Larva dan Pendederan
Pemeliharaan larva belida dilakukan dalam akuarium ukuran 60 x 40 x 45 cm, dengan ketinggian air sekitar 30 cm. Di dasar akuarium dipasang beberapa potong paralon ukuran 1 inchi yang berfungsi sebagai shelter karena sifatnya kanibal. Setelah 72 jam dari menetas, larva diberi pakan alami berupa artemia secukupnya.
Pendederan pertama dilakukan di akuarium selama sekitar satu bulan dari penetasan. Yaitu saat benih sudah mencapai ukuran 3-5 cm. Ukuran tersebut sudah relatif aman hidup di kolam.
Wadah kolam diberi pupuk organik sehingga benih ikan belida bisa memperoleh makanan alami yang tersedia di kolam. Pakan hidup berupa udang kecil atau larva ikan sangat disukai oleh ikan belida.
Setelah benih ikan belida berumur 30 hari, benih selanjutnya didederkan di kolam selama ?30 hari. Kolam yang digunakan berukuran 200 m2 , dengan kepadatan 10 ? 15 ekor/m2. Pakan yang diberikan berupa udang segar berukuran kecil sebanyak 5 ? 10 % per hari. Selama 30 hari pertama pendederan benih sebanyak 3.547 ekor dengan kisaran berat 0,39-0,75 gr dan ukuran panjang 3-5 cm, dihasilkan benih belida sebanyak 1.993 ekor ( SR 56,3 %) dengan ukuran panjang 15-17 cm ( rerata 15,5 cm) dan kisaran berat 10-12 gr (rerata 11,63 gr per ekor). Selanjutnya benih belida dapat dibesarkan di kolam dan di karamba dengan pemberian pakan ikan rucah.Ciri-ciri
Berukuran sedang, panjang maksimum 100 cm dan berat rata-rata 0,5-1 kg, di alam asli bisa mencapai 2 - 4 Kg. Bentuk badannya pipih dengan kepala yang berukuran kecil dan di bagian tengkuknya terlihat bungkuk. Rahang atas letaknya jauh di belakang mata. Badan tertutup oleh sisik yang berukuran kecil. Sisik di bagian punggungnya berwarna kelabu sedangkan di bagian perutnya putih keperakan. Pada bagian sisinya terdapat lingkaran putih seperti bola-bola hitam yang masing-masing dikelilingi lingkaran putih. Dengan bertambahnya umur hiasan tubuh ikan belida akan hilang dengan sendirinya dan diganti oleh garis-garis kehitaman, sistem reproduksi ikan ini dengan bertelur. Merupakan ikan air tawar yang bersifat predator atau pemangsa dan nokturnal (aktif pada malam hari). Pada siang hari biasanya bersembunyi diantara vegetasi. Makanannya berupa anak-anak ikan dan udang. Tak jarang mangsanya berukuran lebih besar. Ikan belida jantan bertugas membuat sarang yang dibuatnya dari ranting dan daun, juga menjaga telur dan anak-anaknya. Ikan belida dapat menghirup udara dari atmosfir. Ikan karnivora ini hidup di kedalaman 2-3 meter di tempat-tempat gelap. Saat air sungai meluap, mereka naik ke rawa-rawa untuk kawin dan melepas telurnya di sana.


Taksonomi: Isospondyli, Suku Notopterridae

Habitat: Sungai-sungai besar dan daerah yang sering tergenang banjir. Di daerah dataran rendah tidak lebih dari 30 m dpl.

Penyebaran: Sumatera, Jawa dan Kalimantan

Populasi: Langka !!!

Upaya Konservasi:
Kolam, Aquarium dan Keramba.

Di mana Mancingnya
Di anak-anak sungai besar, bekas galian pasir, danau, rawa banjir.

Kapan Mancingnya
Malam, ikan ini Nokturnal (aktif di malam hari)

Metode Mancing Efektif
Mancing glosor/dasar dengan umpan udang hidup/anak ikan/katak

Peralatan
peralatan standar ringan, kelas 1 kg.Karakteristik
Tipikal penyambar dan ketika hooked up, langsung ngaciiiir ke akar bahar di dalam air untuk memutuskan kenur. jadi harus diantisipasi dengan cepat agar kenur gak nyangkut.

Regulasi
Tidak dilindungi undang-undang ...sigh

Bisa Dimakan ?
Bisa sih, tapi kalau ada ikan konsumsi lain sebaiknya ikan ini di lepas (Release) saja deh, mengingat populasinya yang semakin langka apalagi dengan semakin menjamurnya Toko Pempek. Berkurangnya populasi ikan sungai asli Palembang , salah satunya ikan belido membuat semua pihak prihatin. Sebabnya, ikan belido ini merupakan ikan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat kota Palembang . apalagi, ikan Belido ini merupakan salah satu bahan baku utama untuk membuat makanan tradisional khas Palembang yakni Pempek.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), Sri Dewi Titisari, mengatakan, untuk mecegah terjadinya kelangkaan terhadap ikan belido tersebut, pihaknya akan berupaya melakukan penangkaran dan budidaya ikan belida tesebut. “Produksi ikan secara keseluruhan meningkat terus, tetapi untuk ikan-ikan tertentu jumlahnya semakin menurun,” ujarnya.

Penangkaran dan budidaya ikan belida tersebut, menurut Sri, bertujuan untuk mencegah terjadinya kelangkaan terhadap ikan belida yang pupulasinya di alam semakin berkurang. ”Budidaya ikan belida langkah ini dilakukan juga untuk mengatasi berkurangnya tangkapan ikan belida sejak tahun lalu di Sumsel,” katanya.

Oleh karena itu, dikatakan Sri, pihaknya bekerjasama dengan badan penelitian untuk menjaga kestabilan ikan yang ada, agar tidak mengalami kelangkaan. ”Kita akan bekerjasama dengan badan penelitian, jika nanti ditemukan teknologi yang tepat untuk melakukan budidaya ikan tersebut. Maka, akan kita salurkan keseluruh peternak ikan yang ada di Sumsel,” ungkapnya.

Namun, diakui Sri, untuk melakukan budidaya ikan ini tidaklah muda. Hal ini dikarenakan ikan tersebut hidup di daerah perairan terbuka. ”Tidak bisa kita targetkan peningkatan populasi ikan tersebut. Hal ini dikarenakan kita masih tergantung dari penangkapan ikan di lapangan,” ucapanya.

Dinyatakan juga oleh Sri, bahwa Provinsi Sumsel ini masih minim tenaga teknis untuk melakukan budidaya ikan belida. Namun, pihaknya akan terus berusaha untuk meningkatkan populasi ikan tersebut. ”Meskipun sulit, pihak kita akan terus berupaya agar budidaya ikan ini dapat dilaksanakan. Sehingga jumlah ikan belida tyang ada saat ini tidak berkurang, bahkan kita harapkan dapat bertambahn nantinya,” pungkasnya.
Readmorebudidaya ikan belida

budidaya ikan badut

siapa yang tidak kenal ikan badut atau juga biasa dikenal dengan nama anemon fish, diberi julukan anemon fish karena ikan ini sering berada di dalam / di dekat tumbuhan anemon tempat ia tinggal dan bermain – main.

Ikan giru atau ikan badut adalah ikan dari anak suku Amphiprioninae dalam suku Pomacentridae. Sekitar dua puluh delapan spesies dikenali, salah satunya adalah genus Premnas, sementara sisanya dalam genus Amphiprion. Di alam bebas mereka bersimbiosis dengan anemon laut. Ikan giru berwarna kuning, jingga, kemerahan atau kehitaman. Spesies terbesar mencapai panjang 18 cm, sementara yang terkecil hanya mencapai 10 cm.

Ciri khas yang paling menarik dari ikan ini, yang badannya dihiasi dengan warna-warna cemerlang, adalah tempat hidupnya yang telah Allah pilihkan. Ikan badut hidup di cabang-cabang karang yang mirip pohon yang disebut sebagai ”anemon laut”. Ada kapsul-kapsul beracun pada cabang-cabang anemon laut yang akan membuat ikan yang menyentuhnya terluka atau mati. Namun Ikan badut tidak pernah terluka oleh anemon laut ini. Bahkan mereka bersembunyi di balik cabang-cabang tersebut yang membuatnya aman dari pemangsa. Ada cairan yang khusus di badan ikan badut ini yang melindunginya dari ‘gigitan’ kapsul anemon laut.idakkah ini menakjubkan? Tidak seperti ikan-ikan lainnya, ikan ini mengeluarkan cairan yang melindunginya dari racun di sekitar tempat hidupnya. Bagaikan tahu bahwa anemon laut ini tidak membahayakannya, saat berada dalam bahaya, ia secara cepat bersembunyi di antara kapsul-kapsul beracun tersebut. Bagaimana mereka mengetahui bahwa ikan yang lainnya tidak dapat mendekatinya atau ikan yang lain tersebut tidak mempunyai cairan seperti yang dipunyainya? Tidak diragukan lagi, tidaklah otak maupun kemampuan ikan kecil itu yang dapat memberinya pengetahuan ini. Ada kekuatan yang telah mengajarinya, yakni Allah, pencipta langit dan bumi dan semua yang berada di antara keduanya.INDAH, lucu, cantik dan ternyata ikan ini cukup berharga juga bagi penikmat ikan hias laut. Dijual dari nelayan penangkap hingga ke konsumen yang berada di luar negeri.

Bahkan ikan ini cukup menjanjikan juga bagi peningkatan perekonomian masyarakat. Clownfish atau ikan Nemo adalah ikan hias air laut yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi. Banyak orang memeliharanya sebagai ikan hias di akuarium.

Beberapa alasan sehingga ikan ini diminati sebagai pajangan di akuarium, adalah karena keindahan warna tubuhnya yaitu orange cerah dengan kombinasi hiasan 3 garis putih pada bagian kepala, badan dan pangkal ekor, gerakan yang lincah, memiliki postur tubuh mungil dan tidak ganas.

Besarnya permintaan pasar yang mengandalkan tangkapan alam tidak diimbangi oleh hasil budidaya, sehingga terjadi eksploitasi yang tidak terkendali dan menyebabkan clownfish dikategorikan sebagai biota yang dilindungi. Untuk itulah, untuk menjaga populasinya, kegiatan budidaya Clownfish sangatlah diperlukan.
Anda tertarik untuk ikut serta membudidayakannya? Caranya cukup mudah. Yang pertama adalah pemeliharaan calon induk. Biasanya, benih dapat dipelihara di bak semen, fiber glass atau akuarium.

Agar tercipta suasana nyaman bagi Clownfish, maka dalam wadah pemeliharaan diberi tanaman/anemon laut dan substrat dari bahan karang/genteng. Lama pemeliharaan benih berukuran 1,5 cm sampai siap dijadikan calon induk sekitar 5 ñ 6 bulan.

Calon induk yang dipersiapkan untuk perjodohan dan pemijahan berukuran 4 ñ 5 cm. Pakan induk adalah pelet dan sebagai pelengkap nutrisi diberi tambahan udang jambret dan artemia dewasa.

Penjodohan

Setelah itu, adalah kegiatan penjodohan. Kegiatan penjodohan dilakukan bila calon induk telah berukuran lebih dari 4 cm. Wadah yang digunakan untuk penjodohan sebaiknya dari bahan kaca, untuk mempermudah pengamatan dan seleksi calon induk.

Agar tercipta kondisi nyaman dan memicu terbentuknya pasangan baru, di dalam akuarium ditempatkan anemon laut (Radianthus ritterri).

Kemudian, setelah mendapatkan jodoh yang sesuai, diadakan pemijahan. Sebelum pemijahan, induk jantan melakukan pembersihan substrat, melakukan gerakan berayun-ayun didepan betina dan tarian patah-patah mengitari betina. Selanjutnya bila tiba saat memijah, kedua induk akan lebih aktif melakukan pembersihan subtrat untuk tempat menempelkan telur.

Pemijahan

Proses pemijahan berlangsung antara pukul 12.00 ñ 14.00 dan pembuahan secara eksternal. Kedua, induk melaku-kan penataan posisi telur sehingga menjadi rapi, selanjutnya aktif melakukan pembersihan dan perawatan telur, dengan mengibaskan ekor dan menyemprotkan air melalui mulut disekitar telur. Masa pengeraman telur 9 ñ 10 hari. Induk akan memijah kembali 1 ñ 2 hari setelah telur menetas.

Setelah pemijahan kita dapat memanen larva tersebut. Telur biasanya menetas pada pagi hari (05.00 ñ 08.00). Panen larva dilakukan pada pukul 08.00 ñ 10.00. Larva dapat dipanen dengan serok lembut, setelah terkumpul didalam serok, kemudian dipindahkan bersama air media dengan gelas.

Jumlah larva yang dihasilkan oleh sepasang induk Clownfish dalam satu periode pemijahan berkisar 90 ñ 350 ekor. Wadah pemeliharaan larva yang dianjurkan adalah bak semen, fiberglass atau akuarium. Pakan awal larva adalah Brachionus, selanjutnya dapat diberi kopepoda, nauplii artemia dan Diaphanosoma. Pergantian air dilakukan pada hari ke-5 atau bila diperlukan.

Pertumbuhan

Yang terakhir adalah proses pertumbuhan. Pertumbuhan clownfish tergolong lambat bila dibandingkan dengan ikan konsumsi, tetapi hal ini sesuai dengan ukuran ikan dewasa atau induk yang panjangnya hanya mencapai 7 – 8 cm. dari stadia larva sampai mencapai ukuran dewasa/induk memerlukan waktu 7-8 bulan.
Yang terpenting harus diperhatikan dalam budidaya ikan badut ini adalah pengelolaan kualitas air.

Pengelolaan kualitas air tidak jauh berbeda dengan pemeliharaan ikan pada umumnya, diperlukan penyiponan kotoran dan sisa pakan didasar wadah. Pergantian air minimal 1 kali sehari, sekitar 20 ñ 50 % atau bila diperlukan. Hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan kualitas air optimal dan tetap jernih.
Ikan badut mempunyai pangsa pasar luas dan nilai ekonomi cukup tinggi. Dapat dibudidayakan secara sederhana, mulai dari skala kecil (rumah tangga) sampai skala besar.

Dengan keberhasilan budidaya, diharapkan mampu memicu kegiatan budidaya ke depan, sehingga penangkapan alam dapat ditekan, kepunahan Clownfish dapat dikendalikan dan kebutuhan pasar yang terpenuhi.

Selain itu, ada baiknya jika ikan ini dikelola dengan cara menjaga habitnya. Menjaga tempat tinggalnya, ekosistem terumbu karang. Karena jika terumbu karangnya rusak maka hilanglah penyeimbang ekologis kehidupannya.

Untuk itu, mari kita bersama-sama menjaga habitatnya. Dengan menjaga dan melestarikan, kita dapat melanjutkan kehidupan Ikan Badut.
Readmorebudidaya ikan badut

budidaya ikan baung

Pemeliharaan Induk Pemeliharaan induk dilakukan di kolam induk yang berukuran 600 m2 dengan kedalaman air rata-rata 1 m dengan padat tebar 15 ekor /m2. Selama pemeliharaan induk diberikan pakan berprotein minimal 28% sebanyak 2% dari total Biomass/hari dengan frekuensi pemberian pakan dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari.

Seleksi Induk

Pengecekan tingkat kematangan gonad induk betina yang siap pijah dapat dicirikan perut yang membesar dan lembek bentuk badan yang agak melebar dan pendek. Pada sekitar lubang genital agak kemerahan dan telur berwarna kecoklatan. Ukuran diameter telur ikan baung yang siap dipijahkan dan mampu berkembang dengan baik berkisar 1,5 sampai 1,8 mm dengan rata-rata 1,6 mm. Telur yang bagus dapat dilihat intinya sudah menepi dan tidak terjadi penggumpalan jika diberi larutan sera.

Sedangkan untuk induk jantan yang siap dicirikan dengan ujung genital papilla (penis) berwarna merah yang panjangnya sampai ke pangkal sirip anal. Cairan sperma ikan baung ini berwarna bening.

Pemijahan dilakukan secara buatan dengan penyuntikan hormon. Jenis hormon yang digunakan adalah ovaprim denga dosis 0,5 cc/kg induk betina dan 0,3 cc/kg untuk induk jantan.

Induk ditampung dalam wadah fiber/waskom/aquarium yang berfungsi sebagai tempat inkubasi induk. Induk ditimbang beratnya untuk menentukan jumlah hormon yang akan digunakan. Penyuntikan induk betina dilakukan 2 kali dengan interval waktu penyuntikan 6 jam, untuk penyuntikan I digunakan 1/3 dari dosis dan 2/3 sisanya untuk penyuntikan ke II. Sedangkan untuk induk jantan dilakukan sekali penyuntikan yaitu waktu penyuntikan kedua pada induk betina. Penyuntikan dilaksanakan secara intra muskular di bagian kiri/kanan belakang sirip punggung. Posisi jarum suntik terhadap tubuh induk membentuk sudut 30o – 40o sejajar dengan panjang tubuh.

Waktu ovulasi berkisar antara 6 – 8 jam setelah penyuntikan ke II (kisaran suhu 29o – 31o ditandai dengan keluarnya telur bila dilakukan pengurutan pada bagian perut.

Pembuahan

Pengambilan sperma dilakukan dengan pengurutan ke arah lubang genital dan dengan spuit yang sudah diisi dengan larutan NaCl 0,9% dengan perbandingan 4 cc NaCl dengan 1 cc sperma. Pembuahan buatan dilakukan dengan cara mencampurkan telur dengan sperma kemudian diaduk dengan bulu ayam searah jarum jam selama kurang lebih 2 – 3 menit secara perlahan sampai tercampur rata, lalu diberi air bersih. Selanjutnya telur ditetaskan di dalam aquarium.

Penetasan Telur

Penetasan dilakukan pada substrat buatan yang diletakkan menggantung di aquarium. Hal ini dikarenakan telur ikan baung memiliki daya rekat yang tinggi sehingga telur tersebut menempel kuat pada substrat. Setelah telur menetas larva akan jatuh ke dasar aquarium dan larva baung bersifat bergerombol dan lebih suka berada di dasar aquarium. Sedangkan telur yang tak menetas tetap menempel pada substrat.

Pemeliharaan Larva

Panen larva dilakukan setelah larva berumur 6 – 8 jam setelah menetas dengan cara disifon dengan selang plastik dan ditampung dalam waskom atau dengan menggunakan serok halus dan dihitung kepadatannya. Selanjutnya baru dilakukan penebaran di media pemeliharaan larva. Padat penebaran yang digunakan dalam pemeliharaan larva ikan baung ini 20 ekor/liter.

Larva yang baru menetas berukuran 0,5 cm dengan berat 0,7 mg. Selama pemeliharaan larva, pakan yang diberikan adalah nauplii Artemia sp dan cacing rambut diberikan setelah larva berumur 8 hari. Frekuensi pemberian pakan dilakukan 5 kali per hari yaitu pada pukul 07.00, 11.00, 15.00, 19.00, dan 23.00 WIB. Agar kualitas air tetap baik dilakukan penyifonan kotoran yang mengendap di dasar aquarium. Penyifonan dilakukan 1 x per hari pada pagi hari sebelum pemberian pakan.

Pendederan

Sebelum dilakukan penebaran benih, terlebih dahulu dilakukan persiapan kolam pendederan yang meliputi pengeringan kolam, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar kolam dan pembuatan caren (kemalir). Dalam kegiatan persiapan kolam juga dilakukan pemupukan, pengapuran, pengisian air dan inokulasi moina sp. dengan kepadatan 10 juta individu/500 m2

Pengolahan dasar kolam dilakukan dengan cara pembalikan tanah dasar kolam, diratakan dengan pembuatan kemalir dengan kemiringan 0,5 – 1% ke arah pintu pengeluaran. Setelah pengolahan tanah, dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang (kotoran ayam petelur) dengan dosis 60 gr/m2. Penjemuran kolam dilakukan selama 3 hari lalu diisi air secara bertahap sampai ketinggian air 90 cm.

Inokulasi Moina sp dilakukan sehari setelah pengisian air. Kolam didiamkan selama 3 – 4 hari agar ekosistem kolam dapat mencapai keseimbangan dan Moina sp berkembang biak. Sebelum benih ditebar di kolam dilakukan pengukuran kualitas air yang meliputi suhu, oksigen dan pH.

Penebaran banih dilakukan pada hari ke-8 dari awal persiapan kolam (3 hari setelah penebaran Moina sp). Penebaran benih dilakukan pagi atau sore hari untuk menghindari stress. Benih yang ditebar berukuran rata-rata 2,4 cm dengan padat tebar 20 ekor/m2 Pemeliharaan benih dilakukan selama 4 minggu. Setelah penebaran, benih diberi makan berupa pakan komersial (pellet) yang dihancurkan dengan kadar protein 28 – 30% sebanyak 25 – 100% total biomassa/hari. Total pemberian pakan tersebut adalah sebagai berikut :

Minggu I : 100%,
Minggu II : 80%
Minggu III : 70%
Minggu IV : 30%

Frekuensi pemberian pakan 3 x sehari pagi, siang dan sore .

Pemanenan

Pemanenan dilakukan dengan menjaring ikan dalam kolam menggunakan jaring, selanjutnya ditampung dalam hapa penampungan dan diberok selama 1 hari. Sebelum dilakukan pendistribusian benih pada pembudidaya ikan, benih terlebih dulu diseleksi sesuai ukuran.

Benih dikemas dalam kantong plastik ukuran 60 x 90 cm. Kepadatan per kantong tergantung pada ukuran benih dan waktu tempuh.
Readmorebudidaya ikan baung